Tuesday, August 11, 2009

Menilai Segi Tujuan Pendidikan Secara Benar

Pada umumnya, anjuran supaya kita belajar dari ilmuan barat dengan masih tetap mempertahankan nilai-nilaai islam yang telah diwariskan secara turun-temurun dalam menghadapi permasalahan yang banyak melanda umat sekarang ini sudah diterima oleh setiap orang. Namun, setelah lebih dari satu abad, atau kurang lebih empat puluh tahun dalam kasus Negara-negara muslim lain (selain turki dan mesir).
Tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam pembaharuan ini masih jauh dari yang diharapkan. Sekarang ini, situasi sosial-ekonomi dan politik yang terus berubah dianggap sebagai realitas yang tidak terelakkan dan dunia pendidikan diminta untuk selalu menanggapi dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan tersebut. Dalam hal ini, islam sering digunakan untuk menjustifikasikan tujuan-tujuan pendidikan yang berorientasi kemasyarakatan atau yang sesuai dengan selera partai yang sedang memerintah sehingga mengesampingkan perkembangan dan kebahagiaan sejati individu yang sehaarusnya diperoleh selama proses pendidikan.
Al-Attas adalah pemikir kontemporer muslim pertama yang berani mendefinisikan arti pendidikan secara sistematis, dan yang telah menegaskan bahwa tujuan pendidikan menurut islam bukanlah untuk menghasilkan warga Negara dan pekerja yang baik. Sebaliknya, tujuan tersebut adalah untuk menciptakan manusia yang baik. Pada September 1970, Al-Attas mengajukan kepada Ghazali Syafiie, yang kemudian menjadi menteri dalam negeri Malaysia, bahwa tujuan pendidikanan dari tingkat yang paling rendah hingga yang paling tinggi seharusnya tidak ditujukan untuk menghasilkan manusia Paripurna, hal ini disebutkan dalam bukunya islam and secularism: tujuan mencari ilmu adalah untuk menanamkan kebaikan ataupun keadilan dalam diri manusia sebagai seorang manusia dan individu, bukan hanya sebagai warga Negara ataupun anggota masyarakat. Yang perlu ditekankan (dalam pendidikan) adalah nilai manusia sebagai manusia sejati, sebagai warga kota, sebagai warga Negara dalam kerajaannya yang mikro, ini bukanlah nilai manusia sebagai entitas fisik yang diukur dalam konteks pragmatis dan utilitarian berdasarkan kegunaannya bagi Negara, masyarakat dan dunia.
Dengan demikian tujuan dari pendidikan islam dapat kita simpulkan yaitu tidak lain hanya untuk tujuan membentuk pribadi manusia yang bermoral tinggi dan berakhlak mulia, bukan hanya sebagai buruh tapi menjadi pengangkat derajat buruh yang kurang mampu. Semua itu dinamakan dengan manusia yang baik jika seluruh amalan-amalannya bisa mendatangkan faedah bagi orang lain.




0 comments:

  ©Template by Dicas Blogger.